Senin, 23 Maret 2009

Nasib Calon Guru Terkatung-katung

Wednesday, 18 March 2009

Harus Ikut Pendidikan Profesi Guru

Jakarta, Kompas - Masyarakat yang berminat menjadi guru kebingungan karena belum tersosialisasinya ketentuan untuk menjadi guru. Calon guru memilih ikut program Akta IV, padahal syarat untuk menjadi guru nantinya harus memiliki sertifikat pendidik.

”Saya ikut Akta IV sejak Januari lalu,” kata Ati (31), peserta program Akta IV di Universitas Kristen Indonesia di Jakarta, Senin (9/3). Untuk mengikuti program Akta IV, kata Ati, dia dikenai biaya Rp 7 juta.

Dekan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Batanghari Jambi Sainil Anwar mengatakan, program Akta IV di kampus ini masih dibuka karena tingginya permintaan masyarakat dan pemerintah daerah. Program ini diminati oleh sarjana nonkependidikan yang berminat untuk menjadi guru karena belum jelasnya pelaksanaan pendidikan profesi guru (PPG).

Pembantu Rektor I Universitas Terbuka (UT) Tian Belawati mengatakan, program Akta IV di UT ditutup sejak tahun 2007. Kampus ini hanya menyelesaikan mahasiswa yang masih tersisa paling lama tahun ini. ”Kami juga masih belum tahu sistem PPG yang hendak dijalankan pemerintah,” ujarnya.

Pembantu Rektor I Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Zainal Rafli mengatakan, UNJ tidak membuka lagi program Akta IV sejak tahun 2008. Program ini dinilai akan mubazir karena peraturan baru soal pengangkatan guru mengharuskan calon guru mengikuti pendidikan profesi guru.

Fasli Jalal, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas, mengatakan, pengangkatan guru baru harus memenuhi syarat mengikuti PPG selama enam bulan bagi calon guru TK dan SD serta satu tahun untuk guru bidang studi di SMP dan SMA/SMK. Pemerintah hingga saat ini masih menyiapkan peraturan pelaksanaannya yang ditargetkan sudah bisa mulai dilaksanakan pada September 2009. (ELN)

http://www.sfeduresearch.org/content/view/377/65/lang,id/

Editorial : Lulus Tanpa Arti

Tuesday, 03 October 2006

Jakarta (Media Indonesia: 20/06/06) SAAT yang amat mendebarkan bagi siswa dan orang tua murid SLTA berakhir. Departemen Pendidikan Nasional mengumumkan berita gembira bahwa ujian nasional (UN) untuk siswa tingkat sekolah lanjutan atas menghasilkan angka spektakuler. Tahun ini angka rata-rata kelulusan untuk tingkat SLTA adalah 91,43%, meningkat dari tahun sebelumnya yang 80,76%. Artinya yang tidak lulus kurang dari 10%.

Angka kelulusan nasional di atas 90% seolah mengatakan mutu pendidikan Indonesia telah memiliki standar nasional. Atau dengan kata lain, disparitas mutu anak didik antara daerah tertinggal dan daerah maju, antara Jawa dan luar Jawa, tidak menjadi persoalan lagi.

Akan tetapi, persoalan sesungguhnya tidaklah demikian mudah. Dunia pendidikan masih menyimpan kerumitan krusial. Sektor itu belum menjadi sumber mutu kehidupan seperti yang diperlihatkan dalam angka-angka kelulusan. Sektor itu sesungguhnya belum lulus sebagai sumber mutu kehidupan nasional.

Pertanyaan yang paling menyakitkan adalah apa gunanya angka kelulusan itu bagi siswa yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi? Lalu, bagi yang lulus dan tidak melanjutkan ke bangku kuliah, tetapi mencari pekerjaan, apakah begitu berarti angka-angka tersebut?

Sistem rekrutmen ke jenjang perguruan tinggi yang sekarang berlaku menafikan angka kelulusan. Mengapa? Karena siswa yang telah lulus ujian akhir nasional tidak memperoleh jaminan apa-apa untuk diterima di universitas atau akademi. Mereka harus diuji lagi oleh lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan tinggi.

Kalau ujian nasional SLTA begitu penting dan bermutu, seharusnya perguruan tinggi tidak lagi melakukan seleksi ulang. Yang dilakukan cuma memberi batas nilai terendah dari angka kelulusan untuk menjaga citra dan mutu universitas bersangkutan.

Misalnya, sebuah universitas menetapkan hanya menerima mahasiswa baru yang angka kelulusannya 8 (delapan) ke atas. Dengan demikian siswa-siswa yang lulus UN dengan angka 8 ke atas otomatis diterima di perguruan tersebut. Bagi siswa dengan angka kelulusan di bawah 8, mereka juga berhak masuk ke universitas yang mengakomodasi standar nilai seperti itu.

Namun, apa yang terjadi sekarang? Mereka yang sempat mengikuti ujian masuk universitas gelombang awal dan dinyatakan lulus ternyata tidak lulus UN. Di tengah semangat komersialisasi perguruan tinggi, bahkan perguruan tinggi negeri, lulusan SLTA baik dengan angka rendah maupun tinggi tidak ada bedanya lagi.

Yang mendapat angka kelulusan rendah, tetapi mampu membayar tinggi, diterima juga di bangku perguruan tinggi yang menerapkan standar mutu tinggi. Itu yang pada gilirannya merontokkan mutu perguruan tinggi.
Jangan ditanya lagi apa arti angka kelulusan bagi mereka yang mencari kerja. Tamatan SLTA dalam dunia kerja dianggap sebagai output yang tidak memiliki kompetensi apa-apa, kecuali pekerja kasar.

Dunia pendidikan sedang diingkari. Diingkari sesama institusi pendidikan, diingkari dunia kerja. Angka kelulusan memang penting, tetapi yang lebih penting adalah terciptanya sebuah sistem pendidikan yang bermutu dari SD sampai universitas.

http://www.sfeduresearch.org/content/view/29/69/lang,id/

Selasa, 17 Maret 2009

Visi Pendidikan Obama

Ditulis oleh Prof. Suyanto, Ph.D., tanggal 10-03-2009

Kemenangan Obama dalam pemilu presiden Amerika Serikat 4 November tahun lalu membawa harapan baru bagi seluruh dunia. Betapa tidak. Kini Amerika mengalami krisis ekonomi yang amat parah yang dampaknya sangat ditakuti oleh semua negara di seluruh dunia, baik bagi negara maju maupun negara berkembang, dan terlebih lebih bagi negara yang sedang dililit hutang. Harapan baru itu nampak diekspresikan oleh para pemilih Obama yang pada umumnya mereka memilih bukan karena warna kulit tetapi karena platform perubahan yang dijanjikan.

Karena begitu fenomenalnya kemenangan Obama, banyak tokoh politik mengatakan bahwa impian Martin Luther King kini mernjadi kenyataan dalam kurun waktu yang lebih pendek dari yang dipikirkan kebanyakan orang. Mengapa begitu? Karena orang kulit hitam telah bisa menjadi presidennya orang kulit putih. Bahkan faktor keturunan Obama, Ibunya kulit putih, Bapaknya kulit hitam, memiliki keunggulan tersendiri di depan para pendukung dalam negeri maupun luar negeri. Presiden terpilih itu memiliki pengalaman multikultural yang luar biasa dan kaya akan mosaik kehidupan.

Itulah sebabnya The Economist terbitan 8 November 2008 mengatakan: "America will now have a president with half-brothers in Kenya, old schoolmates in Indonesia and a view of the world that seems to be based on respect rather than confrontation". Pendek kata dengan terpilihnya Obama sebagai presiden Amerika nama Indonesia selalu disebut-sebut oleh berbagai majalah terkemuka dunia ketika mereka mengulas kehebatan Obama. Hal ini terjadi karena memang kenyataannya Obama mengawali pendidikan dasarnya di Sekolah Rakyat Menteng Jakarta sampai kelas tiga. Jadi Indonesia merupakan bagian penting dari masa kecil Obama, di mana pada waktu dia sekolah di Indonesia itu pada tahun 60-an banyak negara bagian selatan Amerika memiliki undang-undang yang masih mendudkung praktek segregasi dan diskriminasi hak warga negara atas dasar warna kulit.

Bagaimana dengan visi pendidikan Obama? Jika dilihat dari platform politiknya yang mementingkan kesetaraan, perdamaian, anti perang, saling menghargai, tentu Obama akan memandang pendidikan sebagai unsur penting bagi Amerika untuk menciptakan kehidupan baru dan harapan baru. Mau tidak mau itu harus dilakukan Obama karena sebenarnya pemilih berat Obama di kalangan kaum kulit putih adalah mereka para pemilih pemula alias generasi muda. Jika saja pendidikan di Amerika tidak digarap secara visioner, Obama akan segera kehilangan popularitasnya. Anak-anak muda Amerika kini membutuhkan pendidikan yang lebih baik, relevan dengan tantangan krisis ekonomi akibat macetnya kredit perumahan dalam ukuran raksasa itu. Anak-anak muda Amerika perlu kiat hidup baru untuk menghadapi kesulitan masa depan yang telah menghadang mereka. Oleh karena itu saya yakin pemerintahan Obama tidak akan dan mau tidak mau harus memiliki program pendidikan yang terarah dan terukur.

Untuk Indonesia, beberapa bulan lagi juga akan memasuki masa pemilihan umum untuk memilih para wakil rakyat di parlemen. Oleh karena itu platform pendidikan akan harus menjadi wacana dan agenda penting untuk dikampanyekan sebagaimana hal itu juga menjadi platform penting yang telah ”dijual” oleh Obama kepada para pemilih pemula. Untuk konteks Indonesia, partai manapun yang tidak memiliki program yang visioner di bidang pendidikan pasti tidak akan diikuti dan dipilih rakyat. Terlebih-lebih di era anggaran 20% dari APBN seperti saat ini, semua calon wakil rakyat harus bisa menunjukkan kepiawaiannya dalam membuat program pendidikan yang visioner, bisa menumbuhkan daya saing bangsa, dan mampu membekali para siswa dengan berbagai soft knowledge maupun hard knowledge agar mereka bisa hidup dengan penuh kompetensi diri untuk bersaing di era global.

Dalam konteks kemenangan Obama, kita nantikan apa gerangan program kreatif Obama dalam bidang pendidikan. Pendahulu Obama (George Bush) telah memiliki program pendidikan yang terkenal, America 2000, dan Geogre W Bush (putera Bush Senior) juga telah memiliki program pendidikan yang tak kalah terkenalnya di mata rakyat Amerika: No Child Left Behind.

Kita tidak ragu akan kreativitas Obama untuk membangun pendidikan Amerika yang pada gilirannya dapat mempersiapkan para pemilih muda dari kulit putih untuk tetap setia mendukung Obama. Para pendukung muda kulit putih inilah yang pasti akan diperhatikan oleh Obama, karena jumlah mereka adalah mayoritas dilihat dari aspek kulit putih. Pendidikan pasti akan digarap dengan serius karena untuk menghilangkan berbagai mindset yang diskriminatif, dan rasialis yang msih ada di beberapa kelompok di Amerika, mau tidak mau harus dilakukannya melalui pendidikan. Obama tak diragukan lagi akan komitmennya di bidang pendidikan, sebagaimana dia pernah mengatakan dalam kampanyenya: "I think what people are looking right now is somebody who can bring the country together and maybe shape the kind of majority that will actually deliver on health care, that will actually deliver on a bold energy strategy, that can actually do something about serious education reform"; Ternyata somebody itu adalah dirinya sendiri, Barack Husien Obama, dan kunci harapan bagi perbaikan pendidikan di Amerika yang akan dia lakukan adalah: Education Reform. Itulah janji Obama untuk pendidikan Amerika. Indonesia telah melakukan reformasi pendidikan secara signifikan, sehingga saat ini dan mendatang persoalan kualitas dan daya saing harus menjadi prioritas utama setelah kita berhasil menangani masalah perluasan akses dan pemerataan pendidikan.


http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id

April, Tarif Internet Turun

Sabtu, 14 Maret 2009 | 15:36 WIB

SURABAYA, KOMPAS.com — Menteri Komunikasi dan Informatika Muhammad Nuh mengemukakan, rencana penurunan tarif internet saat ini masih dalam pembahasan dan akan diumumkan April.

Nuh mengemukakan hal itu seusai menandatangani prasasti pembangunan Pondok Pesantren Entrepreneur Muhammadiyah di rumah pengusaha H Bisri Ilyas, Perumahan Rewin Sidoarjo, Jatim, Sabtu.

Memang beberapa waktu lalu saya pernah menyampaikan adanya kebijakan penurunan tarif internet. Itu betul dan masih dalam penggodokan, katanya.

Nuh menyatakan, kalau diperhatikan sekarang dari tahun ke tahun tarif internet semakin menurun, tetapi pihaknya ingin ke depan turunnya lebih besar lagi sehingga akses masyarakat terhadap informasi akan semakin luas.

Saya belum bisa memastikan berapa persen penurunannya. Tetapi yang jelas, kami sudah melakukan analisis dengan menggunakan cost structure analysis, taruhlah sekarang per kbbs X rupiah, misalkan, per kbbs tadi cost structure-nya seperti apa, siapa yang bertanggung jawab pada cost structure tersebut, katanya.

Penanggung jawab tentang penurunan tarif internet ada di pemerintah, kebijakannya ada di perusahaan internet service provider (ISP) dan network provider. Kami harus duduk bersama agar yang bisa diturunkan, diturunkan, agar price-nya terjangkau, katanya menjelaskan.

Nuh mengatakan, kisaran penurunan tarif belum bisa diumumkan hanya akan menggunakan pendekatan yang sama, seperti tarif seluler, tarif internet juga bisa diturunkan.

Saat ini penjajakan sudah dilakukan, kami tidak ingin membuat kebijakan yang ujung-ujungnya merupakan pihak lain. Masyarakat, operator dan industri harus sama-sama mendapatkan keuntungan, katanya.

Pada kesempatan yang sama, Muhammad Nuh juga mengatakan bahwa Depkominfo sudah mengeluarkan izin operasional Arah Dunia TV (ADTV) atau Ahmad Dahlan TV yang diajukan oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Yogyakarta.

ABI
Sumber : Ant

Sumber: Kompas.Com
http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/03/14/ 1536026/April..Tarif.Internet.Turun